mari berbagi cerita dan mimpi masa kecil kita...

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Translate

MANUSIA ROBOT




“Diko... aduh... ini barang-barangnya kok berceceran begini.  Tolong bereskan dulu!” teriak Mama dari teras.
Diko memang punya kebiasaan buruk.  Ia malas membereskan barang-barangnya sendiri.  Pulang sekolah, Diko membuka sepatunya di teras dan membiarkannya tergeletak di situ bersama kaus kakinya yang bertebaran.
Di ruang tamu,  tas sekolah Diko terhempas di kursi dengan buku-buku yang berhamburan.  Di kamar, baju dan celana seragam Diko bertebaran di lantai.  Belum lagi tempat tidurnya yang tidak sempat dirapikan, karena Diko bangun kesiangan.
Mama sampai kehabisan akal untuk mengajari Diko menjadi anak yang rapi dan tertib dengan barang-barangnya.

Padahal sudah sering Diko kena batunya.  Ia sering kehilangan barang-barang pada saat dibutuhkan.  Kalau sudah begitu, Bi Supi lah yang menjadi sasaran omelannya.  Mama paling tidak suka Diko memarahi orang lain atas kesalahannya sendiri.
“Diko...” sekali lagi Mama memanggil.
Diko yang sedang asyik bermain playstation di ruang tengah bersungut-sungut.
“Uh, Mama ganggu aja nih,” katanya sambil menekan tombol pause.
“Ada apa sih, Ma...” tanya Diko tanpa merasa bersalah.
“Diko... ayo bereskan dulu barang-barangmu sebelum bermain,” kata Mama dengan nada tegas.
“Ah, Mama... kan ada Bi Supi...,” sahut Diko enteng.
“Mama nggak setuju kamu selalu mengandalkan orang lain. Nah, sekarang mulai bereskan barang-barangmu.  Apa kamu ingin seperti robot?” tanya Mama.
“Kok robot sih, Ma...,” sahut Diko.
“Iya, robot kan kerjanya menunggu  perintah,” ujar Mama sambil berlalu meninggalkan Diko di teras.
“Huh, biar saja aku jadi robot. Robot kan keren.” Diko bersungut-sungut sambil memunguti barang-barangnya.
  

“Huaaah...” Diko membuka matanya.  Ia merentangkan tangannya. 
Eh, tapi mengapa terasa berat.  Diko mengangkat kedua tangannya dengan susah payah.  Hah! Tangannya jadi besar dan berlapis baja tebal. 
Diko ingin cepat-cepat bangkit dari tidurnya.  Tapi... uh! Berat sekali.  Diko meraba wajahnya.  Kepalanya tertutup helm baja.  Tepat ketika dia hendak turun dari tempat tidur, Mama masuk ke dalam kamar.
“Eh, robot kecil Mama sudah bangun rupanya,” kata Mama sambil tersenyum.
“Robot kecil? Aku jadi robot?” tanya Diko.
“Iya, itu kan keinginanmu.  Lihat! Mama punya ini.  Remote ini yang akan menggerakkan kamu,” kata Mama sambil mengacungkan benda mungil dalam genggamannya.
“Ayo, Diko bangun...,” kata Mama sambil menekan tombol remote.
Tiba-tiba Diko bisa bangun dengan ringan.  Ia melihat kedua kakinya juga dilapisi baja tebal.  Diko melangkah kaku mengikuti Mama ke luar kamar.
Wow! Ia sekarang jadi robot sungguhan.  Keren... begitu pikir Diko.
Tapi, sekarang semua gerak Diko tergantung pada perintah Mama. Diko tidak bisa mengelak lagi kalau Mama memintanya untuk melakukan ini-itu.  Termasuk membereskan barang-barangnya. Bahkan, Mama suka menyuruhnya membantu Bi Supi, mengerjakan pekerjaan lain di rumahnya.
“Diko berdiri di situ dulu ya, Mama mau menonton televisi,” kata Mama sambil menekan tombol berwarna merah di remote.
Diko berdiri mematung di sudut ruang tengah.  Sementara Mama santai di depan televisi sambil makan es buah.  Air liur Diko nyaris menitik melihat buah-buah yang segar dalam mangkuk yang dipegang Mama.
“Ma... bagi dong es buahnya...,” kata Diko.
“Eits, kamu kan robot. Mana ada robot makan es buah.” Mama berkata sambil mematikan televisi.   “Sudah, ya.  Mama mau tidur siang dulu.”
Diko bengong melihat Mama masuk ke kamar dan menutup pintu.  Ia berdiri kaku di tempatnya.  Badannya tak bisa bergerak.  Hanya bola matanya saja yang masih bisa berputar, melihat ke sana ke mari.
Tok... tok... tok...
Terdengar suara ketukan khas penjual siomay.  Wih, abang penjual siomay lewat di depan rumah. Diko menelan ludah.
Tak berapa lama, terdengar lagu dari pengeras suara di gerobak es krim.  Aduh, sekarang abang es krim yang datang.
“Ma... Mama... Mama...,panggil Diko. Tapi tak terdengar suara apa pun dari dalam kamar.  Sepertinya tidur Mama sangat pulas.
Diko ingin sekali makan es krim.  Hatinya sedih karena sekarang dia tidak sebebas dulu.  Ternyata jadi robot sama sekali tidak keren. 
Diko tidak mau jadi robot lagi.  Diko jadi kesal.  Air mata mengalir di pipinya.
“Diko, nggak mau jadi robot lagi!” teriaknya sambil menangis.
“Diko... Diko... bangun... kamu mimpi buruk ya?” suara Mama terdengar di telinganya.
Diko membuka mata.  Samar-samar ia melihat Mama duduk di pinggir tempat tidur. 
Buru-buru Diko bangun.  Ia segera memeriksa tangan dan kakinya.  Biasa saja.
“Ma... Diko nggak jadi robot, kan Ma?” tanyanya ketakutan.
“Ya, nggak lah.  Kamu mimpi jadi robot ya?” tanya Mama sambil tersenyum.
Diko mengangguk.  Dalam hatinya ia bersyukur semua yang dialaminya hanya ada dalam mimpi.
“Diko, nggak mau jadi robot, Ma.  Nggak enak, apa-apa harus nunggu perintah.  Diko mau jadi manusia saja, Ma. Manusia kan bisa bebas,” ujar Diko pelan.
“Bebas, tapi bertanggung-jawab dan rajin.  Setuju?” timpal Mama.
“Setuju, Ma. Siap!” sambut Diko lega.


*Dimuat di Kompas Anak, Kompas Minggu 28 Desember 2014

Leave a Reply